Nah, untuk
memperoleh kepuasan tersebut, pada dasarnya ada sopan santun yang sudah
menjadi semacam hukum tidak tertulis selama bertahun-tahun. Sopan santun
ini mengacu pada etika tata krama pada umumnya, namun sering dilupakan
karena 'saking bernafsunya' memotret. Apa itu?
1. Patuhi peraturan
setempat. Bila ada larangan tertulis untuk tidak mengambil gambar,ada
baiknya mematuhi. Sebab, larangan itu biasanya terkait dengan
kerahasiaan atau keamanan seseorang/lembaga seperti institusi militer.
Bila tidak ada
larangan tertulis namun diberitahu petugas bahwa dilarang memotret
ditempat itu, tidak perlu ngotot. Masih banyak hal lain yang bisa
diabadikan bukan?
Buat subjek foto Anda
senyaman mungkin untuk difoto dengan diajak berkomunikasi. Sehingga
hasil foto terlihat luwes dan tidak canggung.
2. Saat memotret
seseorang yang belum dikenal, tidak harus langsung jepret. Perlu meminta
izin dulu karena tidak semua orang suka dipotret. Anda juga perlu
menjelaskan tujuan memotret untuk keperluan pribadi ataukah komersial.
Buat subjek foto Anda
senyaman mungkin untuk difoto dengan diajak berkomunikasi. Sehingga
hasil foto terlihat luwes dan tidak canggung.
3. Pada sebuah acara,
ikuti arahan panitia dengan seksama. Kalaupun ada petunjuk yang
keberatan, usahakan dinegosiasikan dengan baik. Biasanya, kasus ini
sering terjadi saat panitia belum terbiasa memahami kebutuhan fotografi
secara utuh seperti penempatan tempat yang buruk untuk fotografer.
4. Saat hendak
memotret agenda yang kira-kira akan didatangi banyak fotografer,
datanglah lebih cepat untuk memperoleh posisi terbaik. Jangan menutupi
juru potret yang sudah berada di posisi siap siaga, apalagi nyelonong di
depannya.
5. Bila waktunya
cukup lama dan ketika memperoleh posisi yang bagus, berikan kesempatan
fotografer lain memotret dari spot tersebut. 5 hingga 10 frame sudah
cukup membuatnya senang dan Anda dapat kembali ke posisi itu setelahnya
tanpa perlu dianggap arogan. Sebab, pada dasarnya setiap fotografer
mempunyai hak sama memperoleh gambar. Perilaku yang santun sesama
fotografer akan membentuk rasa persaudaraan yang kuat.
6. Pada pemotretan
yang memerlukan setting tertentu dan dilakukan beramai-ramai, jangan
mengganti set tanpa permisi terlebih dahulu kepada yang lain.
7. Saat memotret
agenda religius ataupun adat/ritual, tidak perlu bertingkah over acting
ataupun bolak-balik bergeser posisi seperti setrikaan. Cukup sekali-dua
kali bergeser posisi guna menjaga ritual berjalan khidmat. Jangan
terlihat grasa-grusu dan membuat peserta ritual ilfill melihat tingkah
laku fotografer.
Dengan membawa diri
sesopan mungkin dan tepat pada ukurannya, Anda sebagai fotografer akan
dihormati. Pandai-pandai menempatkan diri, posisi dan bersosialisasi
menjadi bekal sukses seorang fotografer.
Selain itu, jika anda memiliki account social media, sering sering lah menshare hasil foto anda, who knows dari hasil share tadi anda bisa memiliki relasi yang lebih banyak,, selain itu, itung itung bisa promosi gratis..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar