Bila sering melakukan cropping (memotong) foto untuk membuang bagian
yang tidak perlu, itu hal yang lazim. Atau melakukan cropping foto untuk
mendekatkan subjek dan memperkuat inti cerita, sudah kerap dipraktikan.
Akibatnya
bisa bermacam-macam: lebih dramatis, lebih lugas, lebih atraktif, lebih
provokatif, lebih dalam dan lebih fokus. Dalam arti lain, dengan
melakukan cropping yang tepat, sang fotografer mempunyai kekuatan
mengkontrol emosi dan imajinasi pembaca. Bahkan dalam foto-foto politik,
croping bisa dipergunakan untuk tujuan propaganda.
Contoh paling
populer yakni foto ikonik Che Guevara karya Alberto Korda. Saat itu,
Korda memotret Guevara dengan baret berbintangnya bersama orang lain.
Lantas foto tersebut di-crop sehingga menghasilkan headshoot Che Guevara. Foto Che Guevara ini kemudian beredar luas, dicetak di baju, mural dan berbagai media hingga jutaan kali.
Nah,
bagi fotografer amatir maupun pemula sekalipun dapat melakukan hal
serupa. Bahkan bila dilakukan dengan tepat, foto biasa menjadi terlihat
luar biasa.
1: Saat mengintip view finder atau di LCD kamera
pocket/mirrorless, pastikan sudah mempunyai gambaran cerita di otak
kepala. Dengan kata lain, si juru jepret sudah memperkirakan, kira-kira
apa yang akan diceritakan ke pembaca dengan foto tersebut.
Dengan
gambaran dan 'skenario' khayalan itu, akan lebih mempermudah menentukan
jumlah subjek dalam selembar foto. Apakah cukup satu aktor, 2 aktor, 3,
atau dalam kumpulan massa yang banyak.
Pada saat itu,
fotografer sudah bisa menentukan siapa-siapa yang bisa di-crop dan
siapa-siapa tidak perlu di-crop. Saat sedang melakukan cropping kamera
di tingkat eksekusi tersebut, fotografer ditantang untuk bergerak
kesana-kemari mencari posisi, angle dan komposisi yang tepat. Kalau
perlu naik pohon dan turun ke got
2: Croping melalui lensa tele. Dengan menggunakan lensa tele, mau tidak
mau fotografer sudah mengeliminir subjek lain di sisi kiri dan kanan
jangkauan lensa tersebut. Alhasil, fotografer lebih mudah mengontrol
cerita yang ingin disampaikan dalam sebuah foto. Gambar pun akan
terlihat semakin 'padat' dan renyah untuk dilihat.
3: Menggunakan
lensa dengan diafragma besar. Lensa dengan diafragma besar seperti pada
bukaan f/1,8 atau f/1,2 dapat digunakan untuk mengcropping cerita dalam
sebuah foto. Fotografer tinggal memfokuskan pada titik fokus cerita,
maka di luar itu akan hilang dengan sendirinya akibat efek bokeh.
4.
Cropping dengan efek cahaya. Melakukan cropping subjek di sekeliling
subjek utama juga bisa dilakukan dengan efek cahaya. Misalkan dengan
memberikan lampu flash hanya pada wajah si subjek sedemikian rupa,
sehingga sekeliling subjek menjadi gelap.
Contoh lain dengan
mencari subjek di bawah sinar matahari yang jatuh dari sela-sela daun
menembus kabut di pagi hari. Foto-foto panggung seperti teater dan
konser musik dengan tata lampu yang baik juga dapat dimanfaatkan untuk
mencroping foto agar lebih dramatis.
5: Pada foto-foto yang
mengandung unsur garis, patut diperhatikan apakah garis itu perlu dicrop
ataukah dipertahankan. Sebab, garis itu sangat mengontrol imajinasi
pembaca.
Misalkan pada foto landscape laut, garis horizon bisa
dihilangkan untuk menceritakan bahwa luas laut tidak terhingga.
Sementara dengan mempertahankan garis horizon, maka kesan yang ingin
diceritakan bahwa luas laut itu terbatas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar